PENGOLAHAN SAMPAH DI PASAR PAITON
Sampah,
satu kata yang identik dengan bau, kotor, menjijikkan, bahkan dibenci orang.
Sampah dianggap menjadi permasalahan bagi kehidupan. Sampah akan selalu menjadi
permasalahan bagi kehidupan karena seiring pertumbuhan penduduk akan berbanding
lurus dengan jumlah sampah yang ada.
Berbicara
tentang sampah tidak akan ada habisnya karena sampah sangat erat kaitannya
dengan manusia. Manusia merupakan bagian dari sampah karena manusia memproduksi
sampah. Sadar atau tidak manusia turut andil dalam maslah sampah. Disisi lain
manusia membutuhkan sampah.
Dewasa
ini sudah banyak gerakan untuk mengatasi sampah, baik dari unsur pemerintah,
Masyarakat maupun aktivis-aktivis lingkungan. Seperti yang dilakukan Pasar
Paiton yang memulai untuk mengelola sampah, baik sampah organic maupun non
organic. Gerakan ini merupakan usaha pasar paiton mengatasi masalah sampah
waloupun belum 100%.
Pengolah
sampah dipasar paiton meliputi pengolahan sampah sayur-sayuran, buah-buahan dan
sampah organic lainnya. Sampah-sampah tersebut diolah menjadi kompos yang kita
kenal dengan sebutan pupuk organic padat (POP). Proses pengolahannya sendiri
masih memerlukan beberapa campuran seperti limbah kotoran sapi, kotoran ayam,
limbah jerami serta bogasi cair atau yang sering kita sebut (POC). Semua bahan
tersebut dicampur hingga merata agar semua bahan bisa terfermintasi seluruhnya.
Proses fermintasinya sendiri membutuhkan waktu 1-2 bulan agar menjadi kompos.
Sampah tersebut diolah di rumah kompos yang dimiliki pasar paiton yang
sebelumnya gedung yang tidak terpakai yang lokasi ada di pasar lama.
Sedangkan jenis limbah seperti air kelapa,
limbah air tahu, tape busuk, air cucian beras dijadikan bogasi (POC).
Pengolahan bogasi sendiri dengan cara semua bahan dicampur ke dalam wadah yang
disediakan setelah itu dicampur dengan EM4 sebagai starter. Prosesnya sendiri
membutuhkan waktu 3 minggu. Bogasi cair (POC) dan kompos (POP) digunakan untuk
segala jenis tanaman seperti padi, jagung, tembakau, kacang, ketela. Bahkan akhir-akhir
ini digunakan untuk petani jahe di kawasan paiton dan sekitarnya sehingga pasar
paiton menambah jumlah produksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Jenis
sampah non organic juga kami manfaatkan dengan mendirikan bank sampah. Bank
sampah sendiri berdiri untuk menjawab permasalahan sampah non organic karena
sampah non organic memerlukan waktu yang jauh lebih lama untuk terurai. Bank
sampah syari’ah paiton berdiri sejak agustus 2014 dan mempunyai nasabah
pedangan pasar paiton, pasar bucor, pasar kotaanyar serta masyarakat umum.
Aktivitas di BSS paiton meliputi Reuse seperti menggunakan kembali kardus dan
kertas, kerajinan seperti membuat tempat pensil dari botol, membuat tas dari
bekas bungkus deterjen. Akhir-akhir ini banyak lembaga pendidikan, dinas
pemerintah kabupaten probolinggo maupun kabupaten yang lain seperti kab.
Mojokerto, kab. Trenggalek, kab. Ponorogo melakukan study banding ke pasar
paiton. Kami telah menandatangani MoU (Memorandum of understanding) dengan PT.
Ipmomi – Paiton Energy untuk mengembangkan pasar, dari segi ekonomi,
kebersihan, serta perilaku hidup sehat pelaku pasar. Kami juga dipercaya SMAN 1
Paiton, PP. Nurul Jadid, Pasar Semampir Kraksaan, untuk berperan serta
mengatasi masalah sampah.
Pasar
Paiton sudah meraih juara 1 tingkat kabupaten kategori pasar sehat dan bersih
tahun 2014, kami juga masuk dalam kategori pasar sehat tingkat provinsi jawa
timur tahun 2014 dan kami dipercaya oleh pemerintah kab. Probolinggo untuk
penilaian Adipura Kencana tahun 2014-2015. Kami juga mewakili provinsi jawa
timur untuk berkompetisi di ajang lomba pasar sehat tingkat nasional. Semua ini
tidak akan kami capai tanpa adanya kekompakan dari semua pelaku pasar ( Staf,
pedagang, pengunjung ) serta dukungan dari PT. Ipmomi-Paiton Energy dan pemerintah
Kab. Probolinggo.
Selanjutnya
kami ingin mengembangkan pasar paiton, pasar seluruh kabupaten, lembaga
pendidikan, pondok pesantren dari berbagai bidang yang belum kami garap agar
tercapai kabupaten probolinggo menjadi kabupaten yang bersih, sehat, aman dan
sejahtera.
No comments:
Post a Comment