BANK
SAMPAH SYARIAH PAITON
Jika lewat pintu timur pasar paiton, disebelah
kantor pasar paiton terdapat sebuah tempat khusus jual beli barang rongsokan. Tempat
di pojok timur itulah yang dimanfaatkan untuk bank sampah syariah paiton. Barang
rongsokan yanag diperjual belikan meliputi kardus, kertas, hingga plastik
bekasa wadah air minral.
Yang menarik, pengepulnya adalah staf pengelola
pasar. “ini salah satu unit dari sistem bank sampah yang kami kelola,” tutur
ketua bank sampah syariah paiton nurul huda.
Nurul, begitu ia dipanggil, menuturkan, ide awal
didirikannya bank sampah yang diterapkan di pasar itu bermula ketia pengelola
pasar mendapat keluhan dari banyal pembeli. Mereka enggan berbelanja di pasar
tersebut karena kondisinya kumuh. Meskibarang daganganj yang dijual cukup
komplit dan harga bersaing. “mereka lebih suka berbelanja di toko moderen walau
harganya lebih mahal,” ungkapnya.
Tak ingin pembeli potensial hilang, pengelola
pasarpun berbenah. Bersma seluruh pedagang, mereka merancang gerakan pasar
bersih. Yaitu dengan mengumpulkan sampah, baik organik maupun non-organik di
penampungan sementara. Namun, kemudian masalah timbul. Sebab pengumpulan sampah
di penampungan sementar justru membuat sampah menggunung dan menimbulkan bau
tak sedap.
“kami tempatkan semua limbah di eks pasar lama. Tetapi
karena hanya seminggu sekali diangkut oleh petugas, akhirnya menjadi busuk dan
berbau,” terang warga desa/kecamatan paiton ini.
Untuk mengatasi masalah tersebut, mereka bekerja
sama dengan badan lingkungan hidup (BLH) setempat untuk membuat pupuk kompos. Mereka
juga mendapat bantuan teknis dan peralatan dari PT. Ipmomi – Paiton Energy. “kami
membuat pupuk kompos, setiap bulannya berhasil didapat 1,5 ton pupuk,” katanya
nurul.
Pupuk kompos itu dijual ke petani sekitar paiton
dengan harga Rp. 1.000 per kg. khusu yang membeli lebih dari 1 kwintal,
harganya didiskon mnjadi Rp. 700 per kg.
Namun, langkah itu tak lantas menyelesaikan
seluruh masalah. Sebab, sampah non-organik berupa plastik dan kardus tak dapat
didaur ulang menjadi kompos. Sekitar juni lalu, tercetus untuk mendirikan bank
sampah. Bank sampah ini diterapkan dengan konsep sampah non-organik dikumpulkan
oleh pedagang. Barang-barang itu kemudian dijual kepada pengelola pasar. Hasil penjualan
itu ditabung.
“ada juga yang hasil penjualan sampahnya langsung
diambil para pedagang. Tergantung mereka juga kalau ditabung harganya lebih
mahal, sekitar Rp. 200 per kg. kalau dibayar langsung lebih murah. Harga yang
kami berikan sesuai dengan harga yang berlakyu di pasaran,”imbuh koordinator
pasar paiton murtade.
Khusus hasil penjualan sampah yang di tabung,
tabungannya digunakan sebagai tambahan modal kerja. Pedagang dapat meminjam
tabungan itu atau mengambil uang simpanannya sewaktu-waktu. Artinya uang yang
diumpulkan tetap digunakan di lingkungan pasar.
Murtade mengatakan, tiap sepuluh hari barang
bekasa yang dihasilkan bisa mencapai 1,5 ton. Semua barang tersebut dijual pada
pengepul rongsokan. Tiap kali menyetor, didapat hasil bersih antara Rp. 350
ribu-Rp 500 ribu, tergantung jenis barang yang dimasukkan kepada pengepul. Sebelum
sebulan, uang itu ditampung dalam kas koperasi.
Pria yang bertugas sekitar 2 tahun di pasar paiton
ini mengatakan, ke depan sampah plastik akan digiling sendiri. Sebab, pihak
pasar sudah mempunyai mesin penggiling plastik dengan kapasitas giling mencapai
1 ton per hari. Yang menjadi kendala adalah pasokan bahan mentahnya yang belum memungkinkan.
1 comment:
COBA
Post a Comment