Wednesday 10 September 2014

BANK SAMPAH SYARIAH PAITON BERSAMA PT. IPMOMI - PAITON ENERGY


BANK SAMPAH SYARIAH PAITON

Jika lewat pintu timur pasar paiton, disebelah kantor pasar paiton terdapat sebuah tempat khusus jual beli barang rongsokan. Tempat di pojok timur itulah yang dimanfaatkan untuk bank sampah syariah paiton. Barang rongsokan yanag diperjual belikan meliputi kardus, kertas, hingga plastik bekasa wadah air minral.

Yang menarik, pengepulnya adalah staf pengelola pasar. “ini salah satu unit dari sistem bank sampah yang kami kelola,” tutur ketua bank sampah syariah paiton nurul huda.

Nurul, begitu ia dipanggil, menuturkan, ide awal didirikannya bank sampah yang diterapkan di pasar itu bermula ketia pengelola pasar mendapat keluhan dari banyal pembeli. Mereka enggan berbelanja di pasar tersebut karena kondisinya kumuh. Meskibarang daganganj yang dijual cukup komplit dan harga bersaing. “mereka lebih suka berbelanja di toko moderen walau harganya lebih mahal,” ungkapnya.

Tak ingin pembeli potensial hilang, pengelola pasarpun berbenah. Bersma seluruh pedagang, mereka merancang gerakan pasar bersih. Yaitu dengan mengumpulkan sampah, baik organik maupun non-organik di penampungan sementara. Namun, kemudian masalah timbul. Sebab pengumpulan sampah di penampungan sementar justru membuat sampah menggunung dan menimbulkan bau tak sedap.

“kami tempatkan semua limbah di eks pasar lama. Tetapi karena hanya seminggu sekali diangkut oleh petugas, akhirnya menjadi busuk dan berbau,” terang warga desa/kecamatan paiton ini.

Untuk mengatasi masalah tersebut, mereka bekerja sama dengan badan lingkungan hidup (BLH) setempat untuk membuat pupuk kompos. Mereka juga mendapat bantuan teknis dan peralatan dari PT. Ipmomi – Paiton Energy. “kami membuat pupuk kompos, setiap bulannya berhasil didapat 1,5 ton pupuk,” katanya nurul.

Pupuk kompos itu dijual ke petani sekitar paiton dengan harga Rp. 1.000 per kg. khusu yang membeli lebih dari 1 kwintal, harganya didiskon mnjadi Rp. 700 per kg.

Namun, langkah itu tak lantas menyelesaikan seluruh masalah. Sebab, sampah non-organik berupa plastik dan kardus tak dapat didaur ulang menjadi kompos. Sekitar juni lalu, tercetus untuk mendirikan bank sampah. Bank sampah ini diterapkan dengan konsep sampah non-organik dikumpulkan oleh pedagang. Barang-barang itu kemudian dijual kepada pengelola pasar. Hasil penjualan itu ditabung.

“ada juga yang hasil penjualan sampahnya langsung diambil para pedagang. Tergantung mereka juga kalau ditabung harganya lebih mahal, sekitar Rp. 200 per kg. kalau dibayar langsung lebih murah. Harga yang kami berikan sesuai dengan harga yang berlakyu di pasaran,”imbuh koordinator pasar paiton murtade.

Khusus hasil penjualan sampah yang di tabung, tabungannya digunakan sebagai tambahan modal kerja. Pedagang dapat meminjam tabungan itu atau mengambil uang simpanannya sewaktu-waktu. Artinya uang yang diumpulkan tetap digunakan di lingkungan pasar.

Murtade mengatakan, tiap sepuluh hari barang bekasa yang dihasilkan bisa mencapai 1,5 ton. Semua barang tersebut dijual pada pengepul rongsokan. Tiap kali menyetor, didapat hasil bersih antara Rp. 350 ribu-Rp 500 ribu, tergantung jenis barang yang dimasukkan kepada pengepul. Sebelum sebulan, uang itu ditampung dalam kas koperasi.

Pria yang bertugas sekitar 2 tahun di pasar paiton ini mengatakan, ke depan sampah plastik akan digiling sendiri. Sebab, pihak pasar sudah mempunyai mesin penggiling plastik dengan kapasitas giling mencapai 1 ton per hari. Yang menjadi kendala adalah pasokan bahan mentahnya yang belum memungkinkan.