Thursday, 11 September 2014

TIM PROVINSI JAWA TIMUR VERIFIKASI PASAR PAITON



selama sekitar 30 menit tim yang diketuai Bambang Dwi Atmojo, menilai kondisi pasar di ujung timur kabupaten probolinggo ini. Mereka tampak kagum dengan pengaturan pedagang di pasar tersebut, dimana pedagang dikelompokkan berdasarkna jualannya.

Tak hanya pengaturan pedagang, kebersihan pasar pun tak luput dari penilaian mereka. “terlebih lagi dengan fasilitas dan program yang terlaksana di pasar ini. Seperti toilet yang bersih, pengolahan sampah, juga perpustakaan, radio dan akses internenya,” tutur bambang, saat ditemui di lokasi pasar.

Tak salah jika pemkab probolinggo menunjuk pasar paiton menjadi wakilnya dalam program kabupaten probolinggo sehat. Sebab, selama ini imej pasar tradisional terkesan kumuh dan jorok. Namun, hal tersebut tidak berlaku di pasar paiton, kecamatan paiton, kabupaten probolinggo. Di pasar ini, kondisi pasanya sngat nyaman dan bersih, dengan jejeran pedagang yang tertata rapi. Terutama pedagang sayur yang sudah menggunakan meja jejer untuk mengelar dagangan.

Koordinator pasar paiton Murtade menuturkan tujuan utama agar pembeli yang datang tidak merasa risih dengan kondisi pasar. Dengan pasar sehat dan bersih, pembeli akan betah dan nyaman berkunjung. Sehingga program yang dicanangkan oleh Bupati Probolinggo berjalan dengan baik dan sukses. “kami mengimplementasikan program tersebut dalam bentuk nyata,” ujarnya.

Bentuk nyata tersebut diantaranya adalah dengan memberikan pedagang sayur meja atau lapak. Meja dengan ukuran 120 cm x 80 cm x 70 cm ini dijadikan sebagai tempat dagangn dipajang. Dengan pengaturan seperti ini, membuat pasar tampak tertata rapi dan jalan untuk pembeli cukup lapang. “ini terbukti dengan banyaknya warga perumahan dan PLTU yang berbelanja disini,” tuturnya.

Di pasar paiton saat ini telah didirikan koperasi simpan pinjam suara pasar paiton beranggotakan 158 pedagang sayur. Yang menarik dari gerakan pasar sehat dan bersih ini, setiap pedagang sayur yang menjadi anggota koperasi otomatis mendapat meja jejer. Terdapat 158 meja jejer ini di pasar paiton, yang merupakan sumbangan dari PT. IPMOMI – PAITON ENERGY, salah satu perusahaan listrik di komplek PLTU Paiton. “berasal dari dana CSR mereka, kami bagikan bagi anggota koperasi. Mudah-mudahan semua pedagang nantinya ikut menjadi anggota,” harap pria kelahiran 1968 ini.

Selain itu, dipasar ini juga dilengkapi dengan radio komunitas suara pasar paiton, perpustakaan, toilet sebanyak 6 unit. Kemudian ada pengelolaan sampah berupa Bank Sampah Syariah Paiton. Ada juga akses internet menggunakan jaringan wi-fi milik telkom dengan kecepatan akses mencapai 100 Mbps. “pengunjung dapat berbelanja disini sambil browsing. Kami juga merencanakan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM),”tuturnya.

Menurut kabid sosial dan budaya Bappeda setempat Achmad Sapari, penunjukan pasar paiton dikarenakan pedagang pasar tersebut guyub. Sehingga setiap kegiatan yang dilakukan berjalan dengan baik.”ditambah dengan manajerial yang bagus dari pimpinan pasar tersebut,” tuturnya secara terpisah.


Wednesday, 10 September 2014

BANK SAMPAH SYARIAH PAITON BERSAMA PT. IPMOMI - PAITON ENERGY


BANK SAMPAH SYARIAH PAITON

Jika lewat pintu timur pasar paiton, disebelah kantor pasar paiton terdapat sebuah tempat khusus jual beli barang rongsokan. Tempat di pojok timur itulah yang dimanfaatkan untuk bank sampah syariah paiton. Barang rongsokan yanag diperjual belikan meliputi kardus, kertas, hingga plastik bekasa wadah air minral.

Yang menarik, pengepulnya adalah staf pengelola pasar. “ini salah satu unit dari sistem bank sampah yang kami kelola,” tutur ketua bank sampah syariah paiton nurul huda.

Nurul, begitu ia dipanggil, menuturkan, ide awal didirikannya bank sampah yang diterapkan di pasar itu bermula ketia pengelola pasar mendapat keluhan dari banyal pembeli. Mereka enggan berbelanja di pasar tersebut karena kondisinya kumuh. Meskibarang daganganj yang dijual cukup komplit dan harga bersaing. “mereka lebih suka berbelanja di toko moderen walau harganya lebih mahal,” ungkapnya.

Tak ingin pembeli potensial hilang, pengelola pasarpun berbenah. Bersma seluruh pedagang, mereka merancang gerakan pasar bersih. Yaitu dengan mengumpulkan sampah, baik organik maupun non-organik di penampungan sementara. Namun, kemudian masalah timbul. Sebab pengumpulan sampah di penampungan sementar justru membuat sampah menggunung dan menimbulkan bau tak sedap.

“kami tempatkan semua limbah di eks pasar lama. Tetapi karena hanya seminggu sekali diangkut oleh petugas, akhirnya menjadi busuk dan berbau,” terang warga desa/kecamatan paiton ini.

Untuk mengatasi masalah tersebut, mereka bekerja sama dengan badan lingkungan hidup (BLH) setempat untuk membuat pupuk kompos. Mereka juga mendapat bantuan teknis dan peralatan dari PT. Ipmomi – Paiton Energy. “kami membuat pupuk kompos, setiap bulannya berhasil didapat 1,5 ton pupuk,” katanya nurul.

Pupuk kompos itu dijual ke petani sekitar paiton dengan harga Rp. 1.000 per kg. khusu yang membeli lebih dari 1 kwintal, harganya didiskon mnjadi Rp. 700 per kg.

Namun, langkah itu tak lantas menyelesaikan seluruh masalah. Sebab, sampah non-organik berupa plastik dan kardus tak dapat didaur ulang menjadi kompos. Sekitar juni lalu, tercetus untuk mendirikan bank sampah. Bank sampah ini diterapkan dengan konsep sampah non-organik dikumpulkan oleh pedagang. Barang-barang itu kemudian dijual kepada pengelola pasar. Hasil penjualan itu ditabung.

“ada juga yang hasil penjualan sampahnya langsung diambil para pedagang. Tergantung mereka juga kalau ditabung harganya lebih mahal, sekitar Rp. 200 per kg. kalau dibayar langsung lebih murah. Harga yang kami berikan sesuai dengan harga yang berlakyu di pasaran,”imbuh koordinator pasar paiton murtade.

Khusus hasil penjualan sampah yang di tabung, tabungannya digunakan sebagai tambahan modal kerja. Pedagang dapat meminjam tabungan itu atau mengambil uang simpanannya sewaktu-waktu. Artinya uang yang diumpulkan tetap digunakan di lingkungan pasar.

Murtade mengatakan, tiap sepuluh hari barang bekasa yang dihasilkan bisa mencapai 1,5 ton. Semua barang tersebut dijual pada pengepul rongsokan. Tiap kali menyetor, didapat hasil bersih antara Rp. 350 ribu-Rp 500 ribu, tergantung jenis barang yang dimasukkan kepada pengepul. Sebelum sebulan, uang itu ditampung dalam kas koperasi.

Pria yang bertugas sekitar 2 tahun di pasar paiton ini mengatakan, ke depan sampah plastik akan digiling sendiri. Sebab, pihak pasar sudah mempunyai mesin penggiling plastik dengan kapasitas giling mencapai 1 ton per hari. Yang menjadi kendala adalah pasokan bahan mentahnya yang belum memungkinkan.